Haii :D kali ini mau ngeposting tentang materi yang udah dipelari di mata kuliah psikologi pendidikan :D semoga bermanfaat :D
Psikologi
pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri
pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
LATAR BELAKANG HISTORIS
William
James. Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi
untuk mendidik anak. James mengatakan bahwa eksperimen psikologi di
laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara
mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses
belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu
rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di
atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas
cakrawala pemikiran anak.
John
Dewey. Pertama, dari Dewey kita mendapatkan pandangan
tentang anak sebagai pembelajar aktif. Sebelum Dewey mengemukakan pandangan
ini, ada keyakinan bahwa anak-anak mestinya duduk diam di kursi mereka dan
mendengarkan pelajaran secara pasif dan sopan. Sebaliknya, Dewey percaya bahwa
anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif.
E.
L. Thorndike. Thorndike berpendapat bahwa salah satu
tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian
penalaran anak.
Diversitas
dan Psikologi Pendidikan Awal
Tokoh paling menonjol
dalam sejarah awal psikologi pendidikan kebanyakan adalah pria Kulit Putih,
seperti James, Dewey, dan Thorndike.
CARA
MENGAJAR YANG EFEKTIF
cara mengajar yang efektif membutuhkan dua hal utama: (1) pengetahuan dan keahlian
profesional, dan (2) komitmen dan
motivasi.
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan
keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif juga memiliki
strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan
pengajaran, dan manajemen kelas.
Penguasaan
Materi Pelajaran
dalam penguasaan guru yang efektif harus berpengetahuan,
fleksibel, dan memahami materi.
Strategi
Pengajaran
inti dari filsafat pendidikan William James dan John dewey adalah Konstruktivisme
menekankan agar individu secara efektif menyusun dan membangun (to construct) pengetahuan dan
pemahaman.
Penetapan
Tujuan dan Keahlian Perencanaan Instruksional
Harus menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu. Mereka juga harus menyusun kriteria tertentu agar sukses. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk menyusun rencana instruksional, mengorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil maksimal dari kegiatan belajarnya.
Harus menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu. Mereka juga harus menyusun kriteria tertentu agar sukses. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk menyusun rencana instruksional, mengorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil maksimal dari kegiatan belajarnya.
Keahlian
Manajemen Kelas
Aspek penting lain untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kela tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas.
Aspek penting lain untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kela tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas.
Keahlian
Motivasional. Guru yang efektif punya strategi yang
baik untuk memotivasi murid agar mau belajar.
Keahlian
Komunikasi. Guru yang efektif menggunakan keahlian
komunikasi yang baik saat mereka berbicara “dengan” murid, orang tua,
admisnistrator, dan yang lainnya, dan tidak terlalu banyak mengkritik, serta
memiliki gaya komunikasi yang asertif, bukan agresif, manipulatif, atau pasif.
Bekerja
Secara Efektif dengan Murid dari Latar Belakang Kultural yang Berlainan.
Di dunia yang saling berhubungan secara kultural ini, guru yang efektif harus
mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda,
dan sensitif terhadap kebutuhan mereka.
Keahlian
Teknologi. Guru yang efektif mengembangkan keahlian teknologi
dan mengintegrasikan komputer ke dalam proses belajar di kelas. Integrasi ini
harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid, termasuk kebutuhan
mempersiapkan murid untuk mencari pekerjaan di masa depan, yang akan sangat
membutuhkan keahlian teknologi dan keahlian berbasis komputer. Guru yang
efektif tahu cara menggunakan komputer dan cara mengajar murid untuk
menggunakan komputer untuk menulis dan berkreasi.
Komitmen
dan Motivasi.
Guru yang efektif juga punya kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.
RISET DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Guru yang efektif juga punya kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.
RISET DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Riset
Ilmiah adalah riset objektif, sistematis, dan dapat diuji. setelah periset merumuskan masalah, mereka biasanya menyusun teori dan hipotesis. Teori
adalah seperangkat ide yang saling berkaitan dan koheren, yang berfungsi untuk
menjelaskan dan membuat prediksi. sedangkan Hipotesis,
yakni asumsi dan prediksi spesifik yang dapat diuji untuk mengetahui apakah
teori itu benar atau tidak.
Metode Riset
1. Riset Deskriptif
Riset ini bertujuan mengamati dan mencatat perilaku.
2. Observasi
Observasi membutuhkan pengetahuan tentang apa yang diamati, melakukan observasi dengan cara yang tidak mengandung bias, mengelompokkan apa yang dilihat secara akurat, dan menyampaikan hasil observasi secara efektif
3. Observasi alamiah.
Metode Riset
1. Riset Deskriptif
Riset ini bertujuan mengamati dan mencatat perilaku.
2. Observasi
Observasi membutuhkan pengetahuan tentang apa yang diamati, melakukan observasi dengan cara yang tidak mengandung bias, mengelompokkan apa yang dilihat secara akurat, dan menyampaikan hasil observasi secara efektif
3. Observasi alamiah.
Observasi alamiah dipakai dalam
sebuah studi yang memfokuskan pada percakapan di museum sains anak-anak.
4. Observasi
partsipan
adalah observasi di mana peneliti-pengamat terlibat aktif sebagai partisipan dalam suatu aktivitas atau tempat tertentu.
adalah observasi di mana peneliti-pengamat terlibat aktif sebagai partisipan dalam suatu aktivitas atau tempat tertentu.
5. Wawancara
dan kuesioner.
Memperoleh informasi dari murid dan guru adalah bertanya kepada mereka. Untuk mencari tahu tentang pengalaman, keyakinan, dan perasaan guru dan murid.
6. Tes standar (standardized test).
Tes ini menilai sikap atau keahlian murid dalam domain yang berbeda-beda. Tes-tes ini mempunyai banyak tujuan, antara lain memberikan pengukuran untuk studi riset, informasi yang membantu psikolog dan pendidik untuk membuat keputusan tentang seorang murid, dan membandingkan prestasi murid antarsekolah, antarkota, dan antarnegara.
Memperoleh informasi dari murid dan guru adalah bertanya kepada mereka. Untuk mencari tahu tentang pengalaman, keyakinan, dan perasaan guru dan murid.
6. Tes standar (standardized test).
Tes ini menilai sikap atau keahlian murid dalam domain yang berbeda-beda. Tes-tes ini mempunyai banyak tujuan, antara lain memberikan pengukuran untuk studi riset, informasi yang membantu psikolog dan pendidik untuk membuat keputusan tentang seorang murid, dan membandingkan prestasi murid antarsekolah, antarkota, dan antarnegara.
7. Studi
kasus.
Kajian mendalam terhadap individu. Studi kasus ini memberikan gambaran yang dramatis dan mendalam tentang kehidupan seseorang. Subjek studi kasus adalah unik, dengan susunan genetik dan pengalaman yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Kajian mendalam terhadap individu. Studi kasus ini memberikan gambaran yang dramatis dan mendalam tentang kehidupan seseorang. Subjek studi kasus adalah unik, dengan susunan genetik dan pengalaman yang tidak dimiliki oleh orang lain.
8. Studi
etnografik.
Studi ini adalah deskripsi mendalam dan interpretasi terhadap perilaku dalam satu etnis atau kelompok kultural. Peneliti terlibat langsung dengan sasaran yang diteliti. Tipe studi ini menggunakan observasi di setting alam dan wawancara. Banyak studi etnografis merupakan proyek berjangka panjang.
9. Riset Korelasional.
Tujuan riset korelasional adalah mendeskripsikan kekuatan hubungan anatara dua atau lebih kejadian atau karakteristik. Riset korelasional itu berguna karena semakin kuat dua hubungan antara dua peristiwa, maka kita bisa memprediksi satu kejadian secara lebih efektif.
Studi ini adalah deskripsi mendalam dan interpretasi terhadap perilaku dalam satu etnis atau kelompok kultural. Peneliti terlibat langsung dengan sasaran yang diteliti. Tipe studi ini menggunakan observasi di setting alam dan wawancara. Banyak studi etnografis merupakan proyek berjangka panjang.
9. Riset Korelasional.
Tujuan riset korelasional adalah mendeskripsikan kekuatan hubungan anatara dua atau lebih kejadian atau karakteristik. Riset korelasional itu berguna karena semakin kuat dua hubungan antara dua peristiwa, maka kita bisa memprediksi satu kejadian secara lebih efektif.
10. Riset
Eksperimental. Dengan riset ini ahli prsikologi
pendidikan bisa menentukan sebab-sebab perilaku. Ahli psikologi pendidikan
mencari sebab-sebab tersebut dengan melakukan eksperimen, yakni prosedur yang
diatur secara hati-hati di mana satu atau lebih faktor yang dianggap
memengaruhi perilaku yang sedang
diteliiti akan dimanipulasi dan semua faktor lainnya dianggap konstan.
Rentang Waktu Riset
Rentang Waktu Riset
Riset
cross-sectional.
Keuntungan dari studi cross-sectional
ini adalah peneliti tidak perlu menunggu murid bertambah usianya.
Riset
longitudinal. mempelajari individu-individu yang sama selama periode waktu tertentu, biasanya beberapa tahun atau lebih.
Riset
Aksi.
Riset ini dipakai untuk memecahkan problem kelas atau sekolah spesifik,
memperbaiki strategi mengajar dan pendidikan, atau untuk membuat keputusan pada
lokasi tertentu. Tujuan riset aksi adalah untuk memperbaiki praktik pendidikan
secara langsung dalam satu atau dua kelas, pada satu sekolah, atau pada
beberapa sekolah.
Tantangan
Riset
Etika.
Kode etik yang diadopsi oleh American Psycological Association (APA) mewajibkan para periset untuk melindungi partisipan dari bahaya mental dan fisik. Peneliti harus mengutamakan kepentingan paling utama dari partisipan. Semua partisipan harus cukup umur dan periset harus mendapat izin dari mereka untuk mengikutsertakan mereka dalam riset.
Kode etik yang diadopsi oleh American Psycological Association (APA) mewajibkan para periset untuk melindungi partisipan dari bahaya mental dan fisik. Peneliti harus mengutamakan kepentingan paling utama dari partisipan. Semua partisipan harus cukup umur dan periset harus mendapat izin dari mereka untuk mengikutsertakan mereka dalam riset.
Gender.
Biasanya sains dikatakan sebagai ilmu yang netral (nonbiased) dan bebas nilai. Namun, banyak pakar gender percaya bahwa banyak pendidikandan riset mengandung biasa gender.
Biasanya sains dikatakan sebagai ilmu yang netral (nonbiased) dan bebas nilai. Namun, banyak pakar gender percaya bahwa banyak pendidikandan riset mengandung biasa gender.
Etnis
dan Kultur.
Kita perlu memasukkan lebih banyak anak dari keluarga etnis minoritas dalam riset psikologi pendidikan kita. Secara historis, anak etnis minoritas diabaikan dalam riset atau sekadar dianggap sebagai variasi dari norma atau kelaziman. Periset juga cenderung mempraktikkan ethnic gloss ketika mereka memilih dan mendeskripsikan kelompok etnis minoritas. Ethnic gloss berarti menggunakan label etnis seperti Afro-Amerika, Latin, Asia-Amerika, atau Amerika-Asli secara dangkal (superficial) sehingga kelompok etnis tampak jauh lebih homogen ketimbang yang sebenarnya.
Kita perlu memasukkan lebih banyak anak dari keluarga etnis minoritas dalam riset psikologi pendidikan kita. Secara historis, anak etnis minoritas diabaikan dalam riset atau sekadar dianggap sebagai variasi dari norma atau kelaziman. Periset juga cenderung mempraktikkan ethnic gloss ketika mereka memilih dan mendeskripsikan kelompok etnis minoritas. Ethnic gloss berarti menggunakan label etnis seperti Afro-Amerika, Latin, Asia-Amerika, atau Amerika-Asli secara dangkal (superficial) sehingga kelompok etnis tampak jauh lebih homogen ketimbang yang sebenarnya.
Menjadi
Konsumen Informasi yang Bijak tentang Psikologi Pendidikan.
- Berhati-hatilah terhadap apa yang dikaporkan di media populer.
- Ketahuilah cara untuk menghindari dari membuat kesimpulan tentang kebutuhan individu berdasarkan riset kelompok.
- Kenalilah betapa gampangnya membuat generalisasi yang berlebihan untuk sampel yang kecil atau sampel klinis.
- Berhati-hatilah karena satu studi tunggal tidak menghasilkan kesimpulan final.
- Ingat bahwa kesimpulan sebab akibat tak bisa diambil dari studi korelasional.
- Selalu perhatikan sumber informasi dan evaluasi kredibilitasnya.
0 komentar:
Posting Komentar